Kamis, 04 Oktober 2012

PENALARAN DEDUKTIF


Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah. 

A. Faktor – faktor penalaran deduktif : 
  1. Pembentukan Teori 
  2. Hipotesis
  3. Definisi Operasional
  4. Instrumen 
  5. Operasionalisasi
B. Variabel pada penalaran deduktif
  1. Silogisme Kategorial :Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. 
    *       Premis umum : Premis Mayor (My)
    *       Premis khusus : Premis Minor (Mn)
    *       Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
       
    Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris.
    Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
    membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
    Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang
    mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
     
    Contoh :
    *       Premis Mayor : Tidak ada manusia yang abadi
    *       Premis Minor : Naura adalah manusia
    *       Kesimpulan : Naura tidak abadi
  2. Silogisme Hipotesis :Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika … konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.  

    Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis:
    *       Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent,
                     contoh:
    Jika hujan, saya naik becak.
    Sekarang hujan.
    Jadi saya naik becak.
              
              *       Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya,

                         contoh:
    Bila hujan, bumi akan basah.
    Sekarang bumi telah basah.
                       Jadi hujan telah turun

              
                         *            Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent,
                            contoh:
    Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
    Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
     
                  *          Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya,
                             contoh:
    Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

  3. Silogisme Alternatif
             Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
     Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak      alternatif yang lain.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. 
              *       Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif,
              contoh:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus
Jadi, la bukan tidak lulus
             *       Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif,
             contoh:
Esa di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi, di pasar
 
4.       Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
Contoh :
Rumus Entimen:
PU : Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK : Nyoman pegawai yang baik.
S : Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen : Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik

Contoh ke-2: Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang cerdas

Ciri - ciri utama dari penalaran deduktif, yaitu :
1. Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
2. Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.

CONTOH PARAGRAF DEDUKTIF

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor resiko yang paling besar seseorang untuk menderita penyakit jantung kororner. Sebenarnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kolesterol, tetapi yang dianggap paling besar perannya dalam masalah tersebut adalah tingginya konsumsi lemak serta kandungan konsumsi asam lemaknya. Dalam hal ini, minyak goreng merupakan sumber utama lemak yang tidak baik. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama



http://wikiberita.net/news/165909-contoh-penalaran-deduktif.html


Arifin, Zaenal, E. dan S.Amran Tasai.2009.Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta: Akademika Pressindo





 penyakit jantung koroner.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar